morferm dalam ilmu lughoh (linguistik)


Jenis-Jenis Morferm
1.      Morfem yang terdiri dari satu suara saja, seperti dhummah pendek pada kata “ جاء أحمد “ (Ahmad telah datang), yang menunjukan atas argumen grametikal yang dinamakan Isnad. Isnad dalam kalimat جاء احمدُ merujuk pada kalimat احمدُ. Dan dari morfem itu ada dhummah panjang dalam isnad,  jika ada musnad ilaihnya dari salah satu asmaul khomsah. Seperti “ جاء ابُوْك “ (bapakmu telah datang) dan “ ابوك مسافرٌ “. Dan dari morferm itu ada kasroh yang berfungsi sebagai tabiat (pengikut) dalam kalimat “ كتابُ  زيدٍ “ (bukunya Zaid ). Dan dari morfem itu ada nun sakinah yang kita sebut tanwin, yang menunjukan atas kenakirohan seperti dalam kata “ جاء رجل “. Dari morfem itu ada ta’ seperti dalam kata “ جاءتْ “ yang menunjukan atas terjadinya peristiwa dilakukan oleh mufrot muanats ghoibah (هي).
2.      Morfem yang terdiri dari satu suku kata, di antaranya :
من
عن
في
او: Morfem ini menunjukkan argumen grametikal yang banyak (lihat di buku bahwu)
ما
لم
لا
3.      Morfem yang terdiri dari beberapa suku kata. Darinya, Hamzah, Sin, Ta’ yang menunjukan atas makna suatu proses contohnya : إستحجر الطين (proses mengerasnya lumpur), atau makna meminta contohnya : إستغفر العبدُ ربَّهُ (hamba meminta ampunan kepada tuhannya).
Dan dari morfem itu ada hamzah dan ta’ yang keduanya itu menunjukan arti ketergantungan contohnya : إجتمع القوم (kaum berkumpul). Dan dari morfem itu ada beberapa fi’il-fi’il naqish antara lain :  اصبح – صار – كان dan lain sebagainya. Sebenarnya mereka bukan alat-alat atau morfem-morfem yang masuk pada kalimat-kalimat yang menunjukan makna grametikal yang berbeda. Seperti kata  :زيدٌ مسافرٌ  kemudian kata كان زيدٌ مسافرًا  keduanya itu tidak ada perbedaan kecuali hanya pada waktu yang ada, كان  dalam ungkapan kedua itu menunjukan waktu lampau.
Adapun ahli tata bahasa lama mengambil beberapa fi’il yang mana fi’il-fi’il itu menurut mereka ditasrifkan seperti apa yang ditasrifkan pada fi’il. Tetapi tasrif di sini bukanlah urusan kita. Sesungguhnya yang menjadi urusan kita adalah fungsi yang berdiri dengannya lafadz dalam suatu ungkapan. Jika ada fi’il naqish yang tidak mengungkapkan kecuali tentang morfem-morfem grametikal maka ia menjadi morfem seperti semua morfem-morfem yang lain.
Ahli nahwu Arab menyebutkan (pengungkapan perbuatan/fi’il)  karena sesungguhnya mereka itu bukanlah perbuatan nyata. Artinya, ia perbuatan/ fi’il (secara) lafdziah saja bukan haqiqiah (kenyataan).
Kedua: Macam-Macam Unit Morfem
Ada beberapa petunjuk dalam mengklasifikasikan unit morfem. Darinya ada klasifikasi dari segi bentuk, yaitu unit morfem bebas dan unit morfem terbatas. Perbedaan antara keduanya bahwa unit morfem bebas biasanya kita temukan bebas / tidak terkait, artinya terputus. Sebaliknya, unit morfem terbatas  adalah morfem yang kita temukan terkait, artinya yang berkesinambungan. Contoh dari hal ini adalah dalam kata ganti bahasa Arab. Di mana ia dipisahkan dan dihubungkan.
Nama : Misbahuddin (2022116101)
Dan Mungkin kita menemukan satuan satuan morfem bebas dalam sebuah kata, seperti kata  مصريون , مصريين)) terdiri dari suatu morfem bebas yaitu مصر)) dan sebuah morfem terikat yang dibentuk dari kasrah dan ya’ tasydid, dan itu terdapat tugas ilmu nahwu yang mana saling berhubungan. Kemudian setelah itu ada pengikat yang lain yautu dhammah panjang pada lafadz مصرييون)). Dan untuk setiap morfem  keduanya itu terdafat fungsi gramatikal, dan semuanya,kedua kalimat itu diakhiri dengan morfem terikat yang menunjukkan daripada keberadaan kata itu bukan idhofah.
Dan dari semuanya ini kita mengetahui bahwasanya didalam dua kata tadi, Suatu morfem bebas, yang menjanjikan satuan-satuan morfem terikat, yang mana terdapat suatu hubungan  نسبة)), jama’ itu marfu’, jama’ itu mansub, dan majrur, dan kondisi ketiadaan gabungan اضافة)).
Dan pembagian rangkaian kalam yang berbeda dan bervariasi pada bahasa Arab dan kondisinya telah memberikan suatu keunggulan satuan shorfiyah (morfem) didalam bahasa Arab dan pembagiannya banyak terdapat objek yang digunakannya dari sisi yang lain. Maka satuan-satuan morfem dibeberapa banyak bahasa mengambil posisi Yang khusus. Maka tidak ada satuan kecuali dalam tempatnya yang mana menunjukkan susunan bahasa.
Ketiga : Pola-pola Shorfiyah (Morfem)
            Dari data-data yang menghasilkan ilmu bahasa baru bahwa untuk setiap bahasa dialek/logat polanya itu khusus (khas). Dan perbedaan beberapa bahasa pada susunan mufrodatnya dan kemampuannya untuk berubah bagian intinya dan i’robnya jelas berbeda (bervariasi). Semua bahasa dan logat mengerti sebuah kata itu,karena pola-pola katanya bervariasi dari bahasa dan lahjat satu dengan yang lainnya. Dan disini kesempurnaan ilmu bahasa baru dengan kajian pola-pola yang diambil pada setiap bahasa terhadap kosakatanya tanpa melihatnya sebagi kriteria baik ataupun buruk, akan tetapi mencoba ketentuan alat susunan/pembentukan suatu kata pada setiap bahasa yang bertujuan pada keterangan yang tidak jelek/penghargaan. Dan ada juga sebagian dari mereka memperhatikan perubahan i’rob didalam bahasa Arab fushah, dan masih banyak yang meniadakan kefushahan yang jelas telihat dalam lahjat bahasa Arab yang menjanjikan adanya perubahan orang-orang arab yang lebih baik, yang menjadikan kefushahan posisinya diatas dari lahjah lain bahwa dasar-dasar yang digunakan bahasa tidak mengambil kedudukannya dari susunannya, namun yang  digunakannya adalah  kedudukan yang saling berhubungan,dan dasar-dasarnya berhubungan serta lingkupnya yang digunakan tidak termasuk pada keberadaan i’;rob atau ketiadaan wujudnya. Maka isim tidak didahulukan daripada fi’il, dan  begitu juga fi’il terhadap terhadap isim, dan fi’il atas bina’, serta bina’ terhadap i’rob, dan semuanya ini pembagian yang diketahui bahasa Arab dan menjadikannya dari banyak bahasa, maka setiap bahasa polanya khas pada susunan kosakatanya ataupun alat pembagiannya.
            Didalam bahasa Arab contohnya kita perhatikan ada sebuah morfem yang menunjukkan ma’rifah dan nakirah seperti kita berkata الولد)), kemudian kita berkata (ولد ) sebenarnya kita telah menunjukkan kema’rifatan (ال) dan nakiroh dengan nun tanwin, dan sebagian dari mereka menggambarkan klasifikasi isim-isim yang nakiroh dan ma’rifah yang berkebalikan dalam pembagian aqliyah dan ungkapan yang tidak terbagi hal-hal bahasa yang lainnya, dan dalam pandangan ini disitu tidak diketahui keunggulan antara nakiroh dan ma’rifah, seperti bahasa susunan contohnya, terkadang menyangka salah seorang dari mereka mengetahui ma’rifah, instrumen/alat dari ma’rifah salah satunya adalah ال)) didalam bahasa Arab, dan (the) didalam bahasa Inggris, dan kita dapat menemukan didalam bahasa jerman satuan yang bervariasi yang menunjukkan kema’rifatan dan nakiroh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Bayan dalam Balaghoh

Hadits Tarbawi tentang Persiapan Mengajar